Antara Vaksin Palsu, Pokemon Go dan Dua Jenderal Bersih ?

Minggu ini banyak sekali berita hilir mudik yang cukup menarik perhatian sebagian besar dari kita untuk sejenak meninggalkan kesibukan di dunia nyata.
            
source : www.google.com
       Pertama tentunya keberatan para dokter dan rumah sakit atas press conference Ibu Menkes Nila Moeloek terkait vaksin palsu yang beredar di 14 fasilitas layanan kesehatan. Mereka merasa ditinggal sendirian dan menjadi tertuduh utama atas beredarnya vaksin palsu sejak tahun 2003 itu. Padahal Badan POM RI sendiri secara terbuka juga sudah menyatakan permohonan maafnya kepada seluruh masyarakat Indonesia atas kelalaian pengawasan peredaran vaksin palsu tersebut. Itu merupakan sikap kesatria dari institusi tersebut yang merasa lalai dalam melaksanakan tugasnya. Tak juga ketinggalan, menurut para dokter dan rumah sakit, Badan Pengawas Rumah Sakit (BPRS) menjadi pihak yang seharusnya lebih bisa berperan dalam menanggulangi vaksin palsu. Anehnya Badan ini baru saja dibentuk dan diresmikan oleh Presiden SBY pada Tahun 2013 jauh setelah peredaran vaksin palsu marak. Lantas ketika berbagai pihak yang berkepentingan dan mengambil peran atas masalah ini ramai-ramai membela diri, siapakah yang pantas disalahkan? Semua pihak punya andil kesalahan dalam permasalahan ini. Baik pemerintah sebagai pengawas, rumah sakit, para dokter, juga BPOM. Tak layak membela diri secara membabi buta ketika lagi-lagi yang menjadi korban adalah masyarakat umum. Setidaknya mereka telah menikmati keuntungan dari lingkaran setan peredaran vaksin palsu selama bertahun-tahun. Yang perlu di apresiasi adalah keberanian pemerintah dan aparat penegak hukum (dalam hal in POLRI) yang telah dengan sigap membongkar jaringan peredaran vaksin palsu sampai ke akar-akarnya. 
source : www.google.com

     Tak kalah asyik adalah boomingnya game terbaru besutan nintendo yaitu POKEMON GO. Game augmented reality (realitas tertambah) ini menggunakan GPS (Sistem Pemosisi Global) sebagai panduan berjalan-jalan di dunia nyata guna menangkap monster virtual yang menggemaskan seperti Pikachu dan Jigglypuff di tempat-tempat dekat lokasi ponsel Anda dan melatih mereka untuk bertanding. Bermain Pokemon Go selain asyik juga membuat kita lupa diri dan waktu. Untuk mendapatkan Pokemon kita harus berjalan menuju Pokestop (spot-spot yang telah diupdate oleh sistem navigasi (GPS)) yang kebanyakan merupakan tempat-tempat umum yang terbuka dan ramai. 
             Setiap permainan (game) pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ini tidak terlepas dari kontroversi dimasyarakatkan yang menyatakan bahwa game Pokemon ini membawa pesan-pesan yang melemahkan Islam. Secara positif saya memandang game ini hanya sebatas kecerdasan nintendo dalam menjaring gamers di dunia dengan memberikan petulangan terbaru yang lebih asyik dan melibatkan fisik sehingga bakal menarik bagi para gamers pemula untuk mencoba permainan ini. Ini terbukti dari terus melejitnya saham nintendo yang naik lebih dari 20% di bursa saham. Bagi saya kreatitivitas yang menghasilkan nilai ekonomi patut menjadi inspirasi kaum muda agar bisa menciptkan hal-hal baru yang bermanfaat dibanding ketakutan-ketakutan simbolis yang tak ada ujung pangkalnya. Tentunya juga menjadi tugas pemerintah untuk mengatur penggunaan game ini bagi pihak-pihak tertentu yang bisa menimbulkan efek negatif. Para Aparat Sipil Negara, Polisi dan Juga TNI tentu tak boleh memainkan game ini di saat mereka melayani masyarakat agar produktivitas dan nilai layanan tidak turun. Para pelajar juga tidak seharusnya bermain Pokemon Go ketika sedang belajar disekolah. Tentunya games ini akan menarik jika memang menjadi pengisi waktu luang kita. Bukan mengambil waktu produktif kita. Sehingga bisa menjadi penghilang penat setelah aktivitas seharian yang padat dan melelahkan. Pada akhirnya mari bermain Pokemo Go secara sehat agar tak berpengaruh buruk bagi kita.

source : www.google.com

   Yang terakhir, cukup mengagetkan dan melegakan adalah terpilihnya Komjen (Pol) Suhardi Alius sebagai Kepala Badan Nasional Penangggulangan Terorisme (BNPT). Jenderal (tak) Gendut beraset 5.7 M (Laporan LHKPN 2013) ini terkenal dekat dengan penegak hukum lain di Republik ini dan juga dekat dengan ormas-ormas keagamaan yang ada di Indonesia. Dipilihnya Jenderal Muda lulusan Akpol 1985 ini menambah harapan baru masyarakat setelah terpilihnya Jenderal (Pol) Tito Karnavian sebagi Kapolri. Semoga duet maut ini bisa memperbaiki citra polri yang tak kunjung membaik di Republik ini. Selamat Bekerja Bapak-Bapak Jenderal Bersih. Semangat...
             
          

Komentar

Postingan Populer