(Tidak) Semua Salah Rangga


source : www.google.com
Selamat pagi guys?
   Bagaimana kabar pagi ini kawan? Selalu bahagia kan? Alhamdulillah pagi saya juga cerah hati ditemani segelas kopi hangat berasap. Memasuki bulan kemerdekaan seyogyanya semangat hidup kita juga kian membara. Tapi jangan gede-gede ya guys. Takut apinya merembet ke tetangga..:-)
   Kali ini kita akan ngobrolin hal yang booming sekitar 2-3 bulan yang lalu. Kesannya ga update ya guys. Tapi gapapalah. Disaat anget-angetnya biasanya orang berebut mengupasnya. Kali ini kita kupas setelah ademan dikit. Alhamdulillah ya setelah diupload di www.youtube.com, bisa juga saya nonton film AADC 2. Film ini merupakan sekuel film legenda abadi masa ababil saya saat umur masih belasan yaitu - Ada Apa Dengan Cinta (AADC) -. Ga usah dijelasin ya detail film pertamanya karena kalian-kalian juga pasti udah nonton. Untuk sekuelnya kali ini saya cukup mengapresiasi karena meski tidak begitu masuk akal, namun cerita tetap tidak mengada-ngada juga. Susah juga sih untuk bikin cerita serasional mungkin, karena tingkat rasionalitas masing-masing orang berbeda-beda. Yang paling mengganjal di pikiran saya cuma status keduanya yang masih sama-sama jomblo (belum menikah) meski umur keduaanya sudah beranjak melewati angka 30. Mungkin akan sedikit masuk akal jika cinta sudah menikah duluan atau cerita dibikin sekitar tahun 2010 sehingga ada alasan untuk kejombloan mereka berdua. 
      Oh ya guys, sayangnya disini saya tidak akan mengulas film AADC 2 ini panjang lebar. Sebagai sesama cowok saya hanya akan fokus membela Rangga dari hujatan-hujatan netizen sebagai sosok laki-laki perusak hubungan orang. Menurut saya hal-hal berikut membuat Rangga tak menjadi satu-satunya orang yang sepenuhnya disalahkan dalam film ini :
  1.  Cinta dan Trian belumlah menjadi pasangan apa-apa. Yah, mereka cuma pacaran. Tunangan? Jangan mau ditipu dengan istilah itu. Trian baru menyampaikan keinginan menikahi Cinta berdua. Belum ngajak-ngajak keluarga. Klo di Indonesia belum ada rembuk keluarga atau janur kuning melengkung itu berarti belum jadi apa-apa. Siapapun masih berhak menelikung.
  2. Naluri Rangga adalah naluri lelaki sejati. Memanfaatkan sekecil apapun kemungkinan untuk menancapkan memori-memori tajam ke benak Cinta agar Cinta bisa memaafkannya dan mereka bisa bersatu kembali. Tengoklah perjuangan Rangga mengulur-ngulur waktu untuk berpisah dengan Cinta dengan mencari berbagai alasan. Mulai dari menceritakan tentang Ibunya, dan banyak hal yang membuat Cinta tak enak untuk segera pamitan. Itu semua wajar. Sebagai sesama laki-laki saya juga akan bersikap sama seperti Rangga. Memperjuangkan apa yang bisa direngkuh sampai keinginan terwujud.
  3. Memang keduanya (Cinta dan Rangga) masih saling mencintai. Itu terbukti dari keduanya yang masih menyimpan barang-barang pemberian masing-masing. Kisah percintaan mereka di masa lalu yang tak pernah lama bersama memperkuat rasa kangen diantara mereka berdua. Setelah hati mereka berpaut meski tanpa ijab qabul (nembak), Rangga sudah harus pergi ke New York. Meskipun mereka LDR, mereka cuma sekali berjumpa saat Cinta bersama keluarganya mengunjungi Rangga di New York. Praktis waktu mereka bertemu sangat sedikit. Sedikitnya waktu mereka bertemu membuat momen perjumpaan mereka teramat berharga.
  4. Karakter Cinta dan Rangga adalah sama-sama penikmat seni yang mendalam, meski latar belakang mereka berkebalikan. Itu yang membuat mereka bisa mempertahankan rasa itu dalam waktu yang lama. Akan lain jika Cinta adalah seorang praktisi yang realis. Dia bisa aja jadi seorang pengajar di universitas dan ketemu brondong-brondong dan mengalami jatuh cinta berkali-kali dibandingkan dengan membuka sebuah galeri seni. Begitu juga dengan Rangga. Begitu sibuk dengan kedai kopinya, buat apa dia menjadi penulis di rubrik seni di sebuah majalah ternama di New York. Mengapa tidak keluar saja bergaul dengan bule-bule montok Amerika sehingga bisa melupakan masa lalunya.
    Itu mungkin beberapa hal yang membuat kesalahan-kesalahan sosial tidak sepenuhnya di sebabkan oleh Rangga. Kalaupun itu merupakan kesalahan sosial, tentunya Cinta dan Rangga melakukannya berdua. Mereka bukan juga anak ABG yang masih perlu pengawasan orang tua. Apa yang Cinta dan Rangga, maupun Trian hadapi adalah soal pilihan hidup. Andai jadi Rangga saya juga akan memperjuangkan Cinta terlepas apapun hasilnya. Andai saya Trian saya juga tidak mau menjadi bayang-bayang Rangga di masa depan. Tentu saya juga akan pergi naik kapal pesiar untuk mencari Cinta-Cinta yang lain. 
 Thank's guys.
  Salam Damai.
 
   

Komentar

Postingan Populer