BELUM WAKTUNYA (SEGALA SESUATU) HARUS SEMPURNA

source : www.google.com

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Menikmati sarapan dengan menu lontong sayur plus telor atau ayam tepung tentu membuat hari anda menjadi cerah. Apalagi jika tidak diperlukan terlalu banyak fulus dari dompet yang tipis di akhir bulan untuk menebusnya. Cukup dengan lima ribu atau enam ribu saja seporsi saya akan dengan senang hati menyantapnya. Namun jika harus mengajak tamu/ rekanan yang belum tentu berselera sama tentu bukan tindakan yang bijak mengambil pilihan tersebut. Sekali lagi bedakan ketika saya makan sendirian saja dengan ketika mengajak tamu/ rekanan. Mari kita lihat bedanya.
Ketika sendiri sarapan nikmat dengan harga segitu tentu harus ditebus dengan banyak hal. Dan itu tidaklah menjadi masalah buat saya. Yang pertama tentunya adalah muka cemberut dari para pelayannya. Untung yang tidak banyak tentu tidak bisa membayar senyuman dari para pelayan yang lelah bekerja melayani pembeli yang membludak. Tapi its ok lah. Saya sedang tidak cari senyuman dari para pelayan. Saya sedang kelaparan di pagi hari. Kedua adalah tempat makan yang sangat-sangat sederhana. Dengan menawarkan harga semurah itu tentu pemilik warung tidak akan bisa membuat bangunan permanen dengan berbagai ornamen yang menggugah jiwa. Tapi tak apa karena saya tidak sedang berwisata sembari menyantap kuliner. Ketiga adalah minimnya layanan tambahan yang diberikan. Dengan harga segitu tentu saya harus menuang air minum sendiri dari teko, membersihkan remah-remah makanan yang ditinggalkan pembeli sebelumnya atau bahkan memindahkan piring kotor di meja makan ke tempat cucian agar tempat makan agak bersihan. Sekali lagi itu tak mengapa karena memang tidak diperlukan banyak tenaga sembari menunggu pesanan lontong yang sedang diracik secepat mungkin. Dan yang terakhir tentu saya harus terbiasa mendengar teriakan-teriakan keras dan berisik dari para pengunjung yang sebagian besar adalah sopir, penyapu jalanan, para polisi pengatur lalu lintas ataupun para kuli bangunan yang kehabisan bekal. Sekali lagi itu tidak apa-apa karena saya malah banyak tahu kondisi kekinian bangsa ini dari mereka. Saya jadi paham juga bahwa banyak dari elemen bangsa ini yang rela menggadaikan apapun asalkan bisa kenyang. Saya jadi mengerti bahwa sebagian bangsa ini baru merdeka dari rasa lapar akan makanan.
Kembali lagi ke bahasan awal, tentunya saya akan selektif sekali jika sedang mengajak rekan/ mitra kerja menikmati sarapan, makan siang atau makan malam. Saya akan berusaha sebisa mungkin mencari tempat yang bersih, bagus pelayanannya, dan juga lezat rasanya. Harus ada yang dikorbankan untuk mewujudkannya yaitu uang yang tidak sedikit. Dan tentunya tidak semua orang sanggup memenuhi semua yang diekspektasikan. Tapi memang begitulah adanya. Keadilan sosial baru sebatas pada pemenuhan kebutuhan dasar.
Atau jika kita mau menengok contoh yang lain tentu akan lebih menarik lagi. Anda tentu pernah naik ojek bukan? Atau naik bis ekonomi? Bagaimana rasanya? Meliuk-liuk dijalanan dengan gaharnya tanpa begitu memperdulikan keselamatan. Tapi mereka tak bisa dipersalahkan sepenuhnya. Mereka harus sesegera mungkin memenuhi target setoran yang tentunya tak hanya cukup dari pembayaran recehan dari anda. Sekali lagi jika dengan harga segitu anda tak boleh berharap lebih daripada sekedar sampai pada tujuan. Atau ketika anda sakit dan berharap tidak mengantri karena anda adalah peserta jaminan kesehatan pemerintah. Anda salah besar. Begitu banyak peserta jaminan kesehatan seperti anda yang berhak juga untuk dilayani sehingga mengantri itu adalah sebuah kewajiban.
Dan pada akhirnya kita memang harus sadar diri karena terlalu banyak elemen dari bangsa ini yang tidak memberikan nilai lebih pada pekerjaannya sehingga kita harus terbiasa mendapatkan sesuatu sesuai dengan yang dikorbankannya atau malah mungkin mendapatkan sesuatu lebih kecil dari yang dikorbankan.
Anda mau mengubahnya? Mudah saja. Berikan nilai tambah pada setiap pekerjaan anda. Jika anda PNS yang digaji kecil tetaplah tersenyum meski gaji anda kecil. Jika anda penjual keripik tetaplah tersenyum meskipun ada pembeli yang hanya membeli sebungkus keripik saja. Jika anda adalah pejabat negara, selain tidak korupsi anda juga harus sering-sering tertawa bersama masyarakat bawah. Jika anda polisi lalulintas, selain anda wajb menilang para pelanggar lalu lintas anda tetap harus bersikap ramah dan mengedukasi mereka. Jika anda guru meskipun anda guru honorer tetaplah mendidik para siswa dengan setulus hati. Jika anda adalah anggota dewan atau politisi segera bersihkan mulut anda dari caci maki dan juga fitnah. Jika anda seorang pendakwah, berdakwalah dengan santun dan senantiasa mengajak kepada kebaikan. Jika anda seorang siswa buanglah sampah pada tempatnya dan mengantrilah dengan tertib meski sedang pusing menghadapi PR Matematika. Jika anda pengendara yang terjebak kemacetan janganlah lantas menerobos yang mengakibatkan kemacetan semakin parah. Beri ruang pada ambulans seolah-olah yang sedang kritis itu keluarga dekat anda. Jika anda masyarakat pada umumnya jangan hanya bisa menghujat pemerintah tanpa berkontribusi apa-apa. Pada akhirnya anda sendirilah yang bisa mewujudkan keadilan sosial yang tidak hanya adil dalam kebutuhan dasar saja. Hidup sekedar hidup. Makan sekedar makan. Berkendara sekedar berkendara. Bersekolah puluhan tahun sekedar bisa baca tulis.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Komentar

Postingan Populer