BELUM WAKTUNYA (SEGALA SESUATU) HARUS SEMPURNA
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Menikmati
sarapan dengan menu lontong sayur plus telor atau ayam tepung tentu membuat
hari anda menjadi cerah. Apalagi jika tidak diperlukan terlalu banyak fulus
dari dompet yang tipis di akhir bulan untuk menebusnya. Cukup dengan lima ribu
atau enam ribu saja seporsi saya akan dengan senang hati menyantapnya. Namun
jika harus mengajak tamu/ rekanan yang belum tentu berselera sama tentu bukan
tindakan yang bijak mengambil pilihan tersebut. Sekali lagi bedakan ketika saya
makan sendirian saja dengan ketika mengajak tamu/ rekanan. Mari kita lihat
bedanya.
Ketika
sendiri sarapan nikmat dengan harga segitu tentu harus ditebus dengan banyak
hal. Dan itu tidaklah menjadi masalah buat saya. Yang pertama tentunya adalah
muka cemberut dari para pelayannya. Untung yang tidak banyak tentu tidak bisa
membayar senyuman dari para pelayan yang lelah bekerja melayani pembeli yang
membludak. Tapi its ok lah. Saya sedang tidak cari senyuman dari para pelayan.
Saya sedang kelaparan di pagi hari. Kedua adalah tempat makan yang
sangat-sangat sederhana. Dengan menawarkan harga semurah itu tentu pemilik
warung tidak akan bisa membuat bangunan permanen dengan berbagai ornamen yang
menggugah jiwa. Tapi tak apa karena saya tidak sedang berwisata sembari
menyantap kuliner. Ketiga adalah minimnya layanan tambahan yang diberikan.
Dengan harga segitu tentu saya harus menuang air minum sendiri dari teko,
membersihkan remah-remah makanan yang ditinggalkan pembeli sebelumnya atau
bahkan memindahkan piring kotor di meja makan ke tempat cucian agar tempat makan
agak bersihan. Sekali lagi itu tak mengapa karena memang tidak diperlukan
banyak tenaga sembari menunggu pesanan lontong yang sedang diracik secepat
mungkin. Dan yang terakhir tentu saya harus terbiasa mendengar teriakan-teriakan
keras dan berisik dari para pengunjung yang sebagian besar adalah sopir,
penyapu jalanan, para polisi pengatur lalu lintas ataupun para kuli bangunan
yang kehabisan bekal. Sekali lagi itu tidak apa-apa karena saya malah banyak
tahu kondisi kekinian bangsa ini dari mereka. Saya jadi paham juga bahwa banyak
dari elemen bangsa ini yang rela menggadaikan apapun asalkan bisa kenyang. Saya
jadi mengerti bahwa sebagian bangsa ini baru merdeka dari rasa lapar akan
makanan.
Kembali
lagi ke bahasan awal, tentunya saya akan selektif sekali jika sedang mengajak
rekan/ mitra kerja menikmati sarapan, makan siang atau makan malam. Saya akan
berusaha sebisa mungkin mencari tempat yang bersih, bagus pelayanannya, dan
juga lezat rasanya. Harus ada yang dikorbankan untuk mewujudkannya yaitu uang
yang tidak sedikit. Dan tentunya tidak semua orang sanggup memenuhi semua yang
diekspektasikan. Tapi memang begitulah adanya. Keadilan sosial baru sebatas
pada pemenuhan kebutuhan dasar.
Atau
jika kita mau menengok contoh yang lain tentu akan lebih menarik lagi. Anda
tentu pernah naik ojek bukan? Atau naik bis ekonomi? Bagaimana rasanya?
Meliuk-liuk dijalanan dengan gaharnya tanpa begitu memperdulikan keselamatan.
Tapi mereka tak bisa dipersalahkan sepenuhnya. Mereka harus sesegera mungkin
memenuhi target setoran yang tentunya tak hanya cukup dari pembayaran recehan dari
anda. Sekali lagi jika dengan harga segitu anda tak boleh berharap lebih
daripada sekedar sampai pada tujuan. Atau ketika anda sakit dan berharap tidak
mengantri karena anda adalah peserta jaminan kesehatan pemerintah. Anda salah
besar. Begitu banyak peserta jaminan kesehatan seperti anda yang berhak juga
untuk dilayani sehingga mengantri itu adalah sebuah kewajiban.
Dan
pada akhirnya kita memang harus sadar diri karena terlalu banyak elemen dari
bangsa ini yang tidak memberikan nilai lebih pada pekerjaannya sehingga kita
harus terbiasa mendapatkan sesuatu sesuai dengan yang dikorbankannya atau malah
mungkin mendapatkan sesuatu lebih kecil dari yang dikorbankan.
Anda
mau mengubahnya? Mudah saja. Berikan nilai tambah pada setiap pekerjaan anda.
Jika anda PNS yang digaji kecil tetaplah tersenyum meski gaji anda kecil. Jika anda
penjual keripik tetaplah tersenyum meskipun ada pembeli yang hanya membeli
sebungkus keripik saja. Jika anda adalah pejabat negara, selain tidak korupsi
anda juga harus sering-sering tertawa bersama masyarakat bawah. Jika anda
polisi lalulintas, selain anda wajb menilang para pelanggar lalu lintas anda
tetap harus bersikap ramah dan mengedukasi mereka. Jika anda guru meskipun anda guru
honorer tetaplah mendidik para siswa dengan setulus hati. Jika anda adalah
anggota dewan atau politisi segera bersihkan mulut anda dari caci maki dan juga
fitnah. Jika anda seorang pendakwah, berdakwalah dengan santun dan senantiasa
mengajak kepada kebaikan. Jika anda seorang siswa buanglah sampah pada
tempatnya dan mengantrilah dengan tertib meski sedang pusing menghadapi PR
Matematika. Jika anda pengendara yang terjebak kemacetan janganlah lantas
menerobos yang mengakibatkan kemacetan semakin parah. Beri ruang pada ambulans
seolah-olah yang sedang kritis itu keluarga dekat anda. Jika anda masyarakat pada
umumnya jangan hanya bisa menghujat pemerintah tanpa berkontribusi apa-apa.
Pada akhirnya anda sendirilah yang bisa mewujudkan keadilan sosial yang tidak
hanya adil dalam kebutuhan dasar saja. Hidup sekedar hidup. Makan sekedar
makan. Berkendara sekedar berkendara. Bersekolah puluhan tahun sekedar bisa
baca tulis.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb.
Komentar
Posting Komentar