Pilih Gubernur Petahana, Sehat, Flyover, atau Pesta?


    source : www.saibumi.com


Assalamu’alikum Wr.Wb
Salam sehat dan bahagia sahabat.
Menarik sekali sepertinya ya kalau kali ini kita kupas perhelatan akbar Pilgub Lampung 2018 yang hanya tinggal hitungan bulan saja. Seksi karena ini tentang perebutan tahta kuasa di pintu gerbang pulau Sumatera. Ramai karena hajat ini bakal diramaikan oleh empat paslon yang sebagian besar notabene adalah kepala daerah petahana. Oh ya, sebelum kita ulas satu persatu profil para calon ada baiknya kita tahu dulu apa saja tugas-tugas gubernur dan kewenangannya. Tugas gubernur diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Berdasarkan Pasal 91 ayat (1) UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, maka gubernur berperan sebagai wakil pemerintah pusat untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah kabupaten/kota dan tugas pembantuan oleh daerah kabupaten/kota.  Namun selain sebagai wakil pemerintah yang bertanggungjawab langsung kepada presiden, ada satu lagi tugas dan kewenangan yang jauh lebih besar dan menantang yaitu tugas gubernur sebagai kepala daerah. Sebagai kepala daerah gubernur memiliki tugas dan wewenang untuk mengurus daerahnya sendiri dalam beberapa hal. Gubernur hanya tidak bisa ikut campur dalam melakukan kebijakan moneter maupun militer ataupun kebijakan lainnya yang menyangkut negara. Menggiurkan sekali bukan? Otonomi daerah memang memberikan ruang yang lebar bagi pemimpin daerah untuk membangun daerah dengan lebih maksimal.
Pertama tentunya sang gubernur petahana. Namun sepertinya sang petahana kali ini harus bekerja lebih keras. Meski tercatat meraih hattrick opini WTP atas Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi namun dari beberapa survey yang dilakukan oleh lembaga lokal menunjukkan hasil yang tidak terlalu membanggakan. Para responden merasa sang petahana tidak mempunyai program yang bisa terlalu diandalkan meski mereka mengapresiasi beberapa keberhasilan. Dari banyaknya calon yang mengikuti pilgub saja sebenarnya sudah bisa terbaca bahwa kerinduan masyarakat Lampung akan sosok gubernur baru memang benar-benar ada. Jika memang tetap menginginkan kelanjutan kepemimpiman maka sang petahana harus pandai-pandai meng-komunikasi-kan keberhasilan-keberhasilan yang telah dilakukannya secara masif kepada  masyarakat. Apalagi jika kita melihat posisinya sebagai petahana yang mempunyai banyak keuntungan sistemik dari proses penyelenggaraan pemerintahan tentu hal itu bukanlah perkara yang sulit.
Yang kedua tentunya adalah sang penantang terkuat menurut beberapa survey. Sang calon kali ini juga merupakan bupati dari kabupaten terluas ketiga di Lampung. Sang calon telah mendeklarasikan diri sebagai calon sejak dini sekali. Sosialisasi (kampanye dini) telah dilakukan sejak jauh-jauh hari melalui slogannya sebagai bupati kece. Baliho, spanduk dan banner sang calon telah dijumpai dimana-mana. Keberhasilannya dikemas secara kece dan masif. Tentunya yang paling bergema adalah slogannya sebagai bupati ronda. Bupati yang mengajak masyarakat untuk begadang dimalam hari agar tercipta keamanan di segala penjuru negeri. Agak kontraproduktif memang karena penciptaan rasa aman memang sudah menjadi tugas pokok TNI-Polri. Selain itu kebanyakan begadang juga mengurangi produktivitas masyarakat. Namun kita lihat saja nanti. Setidaknya kita bisa belajar banyak dari tim sukses yang telah begitu manis mem-branding sang calon.
Yang ketiga adalah calon satu-satunya yang sedang tidak menjabat di pemerintahan meski beliau adalah mantan sekda provinsi. Tidak banyak informasi yang dapat ditelusuri sebelum sang calon benar-benar mendeklarasikan diri. Profil yang bisa kita dapati adalah beliau sekarang menjabat sebagai ketua DPD Provinsi salah satu partai besar di Republik ini. Meski awalnya tak begitu dikenal namun berdasarkan beberapa survey beberapa bulan terakhir kepopulerannya meningkat tajam. Setidaknya, menurut penulis, ada dua faktor utama yang menyebabkan penaikan popularitas tersebut. Pertama adalah kecerdikannya dalam menggandeng cawagub dari kabupaten terluas di Lampung yaitu Bupati Lampung Timur. Cawagub juga merupakan bupati perempuan termuda di Provinsi Lampung. Setidaknya keberadaan darah segar akan banyak menarik pilihan para pemilih pemula. Hal ini telah banyak terbukti di pilkada-pilkada lain di beberapa penjuru Indonesia. Kedua adalah sosialisasi yang masif. Berbagai acara digelar di penjuru Lampung dengan iming-iming hadiah yang menggiurkan. Jujur saja sosialisasi tersebut memang memberi dampak langsung yang bisa dirasakan masyarakat. Hiruk pikuk keramaian pesta demokrasi bakal jadi terasa gemanya. Namun keriuhan itu akan menjadi sia-sia jika program tidak disampaikan dan diterima dengan sempurna. Penyelenggara pemilu seperti KPU atau Panwaslu juga akan bertambah sibuk. Keramaian politik rawan menjadi ajang kecurangan jika tidak diawasi secara benar.
Yang terakhir adalah calon yang mendeklarasikan di saat-saat terakhir masa pendaftaran. Meski keputusannya menjadi calon menjadi hal yang baru dipastikan di detik-detik terakhir, beliau adalah pemain lama yang akan ikut meramaikan lagi hajat pilgub kali ini. Jangan tanyakan lagi modal politiknya. Posisi beliau sebagai walikota dari jantung ibukota Lampung secara dua periode telah menjadi amunisi yang sangat berharga. Kekalahan pada pilgub lima tahun lalu dari sang petahana tidak membuat semangatnya luntur. Keberhasilannya memimpin ibukota dua periode dan juga hasil-hasil survey masyarakat telah membuktikan semuanya. IPM (Indeks Pembangunan Manusia) kota juga terus naik disaat peringkat IPM Provinsi Lampung yang tetap tidak menggembirakan semua pihak . Menjadi yang terendah se-Sumatera meski masih dalam kategori sedang. Dan tentunya warisan yang tak bakal bisa dilupakan oleh warga kota adalah pembangunan infrastruktur yang bekembang pesat. Beberapa warga menjulukinya sebagai walikota flyover. Namun sekali lagi perlu diingat bahwa menjadi bupati/ walikota dengan menjadi gubernur adalah dua hal yang berbeda. Kemampuannya untuk menurunkan ego sebagai pemimpin daerah sehingga tercipta pembangunan antar wilayah yang berkoneksi belum benar-benar teruji. Beberapa pembangunan flyover di daerah-daerah perbatasan masih menimbulkan kebingungan bagi pengguna jalan. Manfaat yang banyak dinikmati warga kota belum begitu bisa dinikmati oleh warga luar kota. Perlu komunikasi yang baik dengan pemimpin-pemimpin daerah lain jika sang calon ingin berkiprah lebih luas luas lagi di tingkat provinsi. Gubernur yang sukses tentunya adalah gubernur yang bisa menjadi penghubung pembangunan antar wilayah.
Keempat calon dengan profil mereka masing-masing adalah calon terbaik yang dimiliki oleh Lampung. Mereka adalah putra-putri terbaik yang telah membuktikan dengan kepemimpinannya selama ini. Pilihan kita akan demokrasi mewajibkan kita untuk mengakui itu semua. Namun kita perlu ingat bahwa kita tidaklah sedang berjudi. Memilih dengan bijak adalah memilih dengan data dan akal sehat. Mengukur kinerja seseorang di masa depan dapat dilakukan dengan mengukur kinerjanya di masa lalu. Dan yang lebih penting lagi bahwa seorang pemimpin daerah bukanlah seorang pemimpin yang hanya dibekali oleh APBD. Jika hanya membagi-bagi anggaran maka pemimpin cukup ditunjuk oleh presiden. Pemimpin yang dipilih langsung oleh rakyat seharusnya adalah pemimpin yang berfikir jauh kedepan. Menciptakan terobosan-terobosan tak masuk akal yang bisa menjadi masuk akal. Pemimpin rakyat yang sesungguhnya adalah pemimpin yang menyerap segala ide dan pikiran canggih masyarakat untuk kemudian menjadi motor penggerak bagi perubahan masyarakat yang lebih baik. Menjadi pemimpin rakyat adalah menjadi pemimpin yang hadir menjadi cinta di relung hati setiap warganya sehingga menciptakan tenaga yang besar bagi penyelesaian masalah yang masih menjadi PR hingga saat ini. Kemacetan parah di ibukota akibat penataan transportasi yang tidak efektif, perwujudan pertahanan dan keamanan yang masih belum optimal, penyediaan listrik di pelosok-pelosok wilayah ataupun perbaikan jalan-jalan berlubang di jalur-jalur lintas yang menjadi harga diri masyarakat Lampung. 
Pada akhirnya saya hanya bisa mengajak semua warga Lampung untuk memanfaatkan pesta demokrasi ini dengan perasaan penuh gembira. Menjadikan ajang ini sebagai pesta kita semua tanpa memecah belah. Tanpa perlu menonjolkan identitas yang tak perlu. Mari beradu gagasan dan kepedulian. Yang selalu harus kita ingat adalah bahwa kita lah yang berkuasa memilih pemimpin kita sendiri. Mari kita pilih, kawal dan apresiasi.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Komentar

Postingan Populer