Sisi Indonesia yang Harus (Tetap) Dipertahankan
source : www.google.com |
Assalamu’alaikum Wr.
Wb
Selamat siang
sahabat. Semoga senantiasa dalam kedamaian Tuhan. Kali ini kita akan ngobrolin beberapa
pandangan negatif tentang Indonesia yang sebenarnya tidak benar-benar benar.
Pandangan-pandangan itu bisa berasal dari masyarakat luar negeri ataupun juga
berasal dari masyarakat Indonesia sendiri. Sudut pandang seperti itu seolah
menjadi penghakiman bagi semua orang Indonesia, seolah-olah masyarakat
Indonesia itu memang seperti itu. Namun jangan khawatir karena sesuatu pasti
mempunya dua sisi berlawanan. Pasti ada kebaikan yang muncul dari setiap sisi.
1. Neko-Neko.
Dikatakan bahwa hanya untuk sekedar jalan-jalan ke
mall, muda-mudi kita berusaha macak
se-menarik mungkin. Demi mencicipi pizza
di restoran pizza untuk pertama kalinya lantas harus pake jas atau long dress. Atau untuk pergi kondangan ke
tempat kawan arisan lantas dengan baju sekali pakai lalu dibuang. Kalau menurut
saya sih itu tidak menjadi apa. Neko-neko merupakan sebuah bentuk kepedulian
ataupun penghargaan bagi orang lain. Memaksakan diri kita menggunakan sesuatu
yang sebenarnya kita tak mampu bisa mengajarkan kita untuk terus hidup dalam
impian. Semakin mewah impian yang kita miliki tentu akan semakin jauh jangkauan
yang bisa kita buat.
2. Buang
Sampah Sembarangan.
Saya yakin, sebagian sahabat pernah melakukannya.
Tak apa kawan lanjutkan saja asal sebelum membuang sampah lihat-lihat dulu
situasinya. Jangan sampai nanti sampah yang kita buang sembarangan mengenai
muka aparat pemerintah atau calon ibu mertua kita. Bisa-bisa habis nanti masa
depan kita. Membuang sampah sembarangan sebenarnya ada untungnya juga.
Hitung-hitung kita memberi pekerjaan pada para penyapu jalanan. Semakin banyak
sampah yang kita buang tentu juga akan menjadikan gorong-gorong dan sungai
meluap. Jika tak tertampung lagi banjir pasti akan datang. Banjir yang datang
akan sangat menguntungkan pemerintah. Akan banyak proyek-proyek revitalisasi
gorong-gorong, sungai maupun jalan. Penyakit yang diakibatkan oleh bencana
banjir juga akan menguntungkan banyak rumah sakit. Makanya pembuang sampah
sembarangan merupakan pahlawan atas lancarnya proyek-proyek pemerintah.
3. Mengolok-Olok
Orang yang Berbeda
Anda tentu pernah waktu SD dulu mengolok-olok
teman sekolah -yang mukanya jelek dan juga miskin- waktu ia bertanya pada guru?
Puas sekali bukan? Lanjutkan saja perilaku tersebut karena sangat sehat untuk
kejiwaan anda. Lagian sepertinya pemerintah membiarkan saja praktek olok-olok
itu lewat tayangan-tayangan-tayangan di tv. Lihat bagaimana nasib siswa kutu
buku berkaca-mata? atau Pak Guru/ Bu Guru? Pelecehan terhadap mereka seolah
menjadi hal yang umum. Akan tetapi tetap lanjutkan saja kawan. Momen dimana Bu
Guru dilecehkan bakal banyak sekali mendapatkan jempol. Insya Alloh jika kita
teruskan, kita bakal punya generasi bintang tujuh yang pandai mengolok-olok.
Lumayanlah buat modal mengolok-olok bangsa lain.
4 Mengidolakan
Orang Bodoh
Sekali lagi anda pasti pernah menonton tv bukan?
Jangan kaget jika melihat bule yang plintat-plintut ngomongnya tapi laris manis
bak kacang garing diundang di berbagai acara. Anda akan bertambah kaget ketika
sang bule tersebut tidak nyanyi, tidak sulap ataupun tidak sedang stand up comedy. Ngakunya sih sedang
melucu meski sangat tidak lucu. Oh iya kadang ngaku juga sebagai MC meski
dengan cara bicara yang terbata-bata. Atau juga seorang penipu yang sudah
divonis hukum dan telah selesai menjalani hukuman. Bermodal bahasa inggris yang
minim muncul di berbagai acara sembari menyebarkan virus inggrisnya. Dan itu telah terjadi berhari-hari, berminggu-minggu,
berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun. Diminati acaranya oleh banyak orang
Indonesia. Padahal menurut orang-orang bijak, acara-acara mereka minim faedah dan
juga bodoh karena terkadang cuma nayangin momen saat sang artis lagi ngupil,
beol, atau ngolesin Rexona di kelek mereka yang bau. Lantas apa coba manfaat
yang bisa di ambil? Dan herannya ratingnya malah semakin melambung bak pesawat
jet. Tapi sekali lagi kita memang perlu mempertahannya agar orang-orang bodoh
yang penuh sensasi itu tetap dapat makan. Dan orang-orang pandai semakin banyak
yang kabur ke luar negeri. Sungguh sebuah langkah yang bagus untuk mengurangi
jumlah kepadatan penduduk Indonesia yang tinggi. Kayaknya pemerintah memang
perlu memperbesar dan mempercepat program pengurangan kepadatan penduduk
tersebut melalui acara-acara yang lebih bodoh lagi.
5. Kepoin
Orang dan Komentar Seenaknya
Eh tahu ga kalau si A itu hobinya makan kodok? Eh
tahu ga kalau si B itu ternyata manusia jadi-jadian? Atau, eh tahu ga kalau di uang baru itu ada simbol partai kebo? Tentu
kita sudah sangat sering melihat orang yang bukan bidangnya ngepoin sesuatu yang tidak berkaitan
dengan keahliannya. Meski sangat dilarang dalam agama Islam, ternyata ngepoin
orang lalu membicarakannya memanglah sangat mengasyikkan. Semisal pemuda tampan
dari desa yang jauh dibalik bukit, yang kuliahnya ngambil PPKn tapi ujug-ujug
kepo dengan proyek pembangunan jembatan dan secara ajaib berkomentar bahwa
ternyata material yang digunakan untuk membuat jembatan adalah produk palsu
negara Zimbabwe yang diselundupkan melalui pelabuhan Tanjung Priok. Ajaib
bukan? Tapi sekali lagi jangan merasa aneh. Kepoin orang dan juga komentar pake
pusernya sendiri memang mengandung manfaat yang nyata. Jika dilakukan
terus-menerus selama tiga tahun berturut-turut tanpa jeda sedikitpun, Insya
Alloh bakal menjadikan intelektualitas seseorang lebih canggih daripada kebo.
6. Telat
atau Ngaret
Hayo, siapa yang ga pernah telat atau ngaret pas
lagi janjian? Saya yakin yang ngacung ga lebih dari 10%. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh seorang penjual custome cake by order yang berdomisili di sebuah kabupaten di Provinsi Lampung,
customer yang menepati janjinya untuk datang tepat waktu tidak melebihi dari
angka 20%. 70%-nya ngaret antara satu sampai lima jam. Sementara sisanya adalah
makhluk durjana tak bermoral karena ngaretnya bisa sampai lebih dari 12 jam.
Tapi its’s ok lah karena kelakuan
ngaret tersebut ternyata ada manfaatnya juga. Ternyata dengan ngaret atau telat
bisa menjadikan seseorang menjadi lebih panjang umur. Dengan semakin
memperpanjang urusan kita di dunia maka jatah waktu kita otomatis menjadi lebih
lama lagi. Jadi bagi yang ingin umurnya panjang, sering-seringlah telat ya
guys.
7. Nyontek
Anda tentunya pernah nyontek bukan? Kalau anda
tinggal di Indonesia dan ternyata tidak pernah nyontek, itu artinya anda adalah
bagian dari kaum lugu yang masih
tersisa di muka bumi. Kalau saya sih pernah, tapi jujur ya, saya menyesalnya
seumur hidup. Perilaku mencontek ternyata adalah perilaku yang lebih buruk dari
memukul wajah seseorang karena mencontek sama dengan menyakiti teman kita namun
secara diam-diam. Meskipun begitu ternyata mencontek mengandung manfaat juga.
Bagi kebanyakan orang Indonesia yang malas membaca, mencontek menjadi ajang
bagi siswa-siswi agar mau membaca. Jadi sebaiknya pemerintah melalui
Kementerian Pendidikan harus menambah volume ujian menjadi 365 kali selama setahun.
Dengan begitu siswa-siswi akan rajin membaca melalui contekan-contekan yang
mereka buat selama 365 kali setahun.
8. Malas
Baca
Saya sebenarnya kurang begitu setuju dengan
istilah malas baca. Mungkin lebih
tepatnya adalah membaca sesuatu yang penting dan berguna. Saya punya saudara
yang populer sekali di sosial media karena follower instagramnya mencapai 11.000 lebih (ini asli lo,
bukan lewat jual beli followers), namun masih menganggap letak Candi Borobudur
itu di Jogja. Ko**ol banget kan? Saya juga punya kenalan lelaki imut lulusan
STM Elektro, tak pernah baca literatur politik, namun fasih membagi dan mengomentari
berita hoax politik yang banyak
bertebaran di facebook dengan hanya membaca judulnya. Ada juga yang kesehariannya bikin molen isi
kacang ijo, namun tiba-tiba bilang ke saya bahwa di uang kembalian yang ia
terima –diterbitkan oleh Bank Indonesia- terdapat simbol-simbol partai kuda
yang merupakan pengikut freeman sory. Saya pun tak berhenti geleng-geleng
kepala sampai terasa sakit. Meski malas membaca informasi yang penting dan
berguna berakibat hilangnya fungsi otak, namun ternyata tetap saja mengandung
faedah, meskipun dalam skala yang sangat amat kecil. Aktifitas malas baca ini
ternyata membuat seseorang jadi lebih bebas dalam mengungkapkan pendapat.
Aktifitas malas baca juga mendukung keberlangsungan demokrasi di Indonesia. Kaum
bodoh yang malas baca ini merupakan aset terbesar dalam menumbuhkan demokrasi
yang sebebas-bebasnya. Dengan demokrasi yang berjalan dengan baik diharapkan kehidupan
masyarakatnya juga lebih baik.
Itu
saja mungkin sekelumit tentang sisi Indonesia yang seharusnya tak patut untuk
dipertahankan. Namun melihat keadaan terkini, sepertinya saya pesimis untuk tetap
tidak dipertahankan. Oh ya tulisan saya ini juga menunjukkan salah satu sisi
Indonesia yang unik. Tulisan norak saya yang penuh cibiran tak berguna ini
memang benar-benar tak berguna. Meskipun seperti itu masih ada sedikit
manfaatnya yaitu untuk lucu-lucuan para pembaca. Jadi mohon maaf dan saya harap
tidak tersinggung. Itu kalau masih dianggap lucu ya. Kalau tidak lucu matilah
saya karena itu artinya tulisan ini benar-benar tidak ada faedahnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Komentar
Posting Komentar